Wednesday, July 16, 2014
Tugas Kesehatan Mental 4
9:12 PM | Posted by
Unknown |
Edit Post
1.Pekerjaan
& Waktu Luang
A. Mengubah sikap terhadap perkerjaan :
·
Definisikan
nilai pekerjaan
Nilai pekerjaan adalah nilai dari apa yang kita
kerjakan, sangat bergantung kepada cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu.
Sekecil apapun pekerjaan yang kita lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan
itu adalah bagian dari sebuah perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu
adalah proses menuju terwujudnya sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi
perasaan kecil dalam hati kita ketika mengerjakan pekerjaan itu.
·
Menjelaskan
apa yang dicari dalam Pekerjaan
1.
Mencari
uang
Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong
seseorang untuk bekerja. Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi
kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai
pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang
ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu. Banyak
orang yang berpindah-pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.
2.
Mencari
pengembangan diri
Adalah tabiat
manusia untuk ingin berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena mereka
ingin mencari pengembangan (potensi) diri mereka. Mereka akan mencari
pekerjaan dimana mereka dapat mengembangkan diri mereka disana.
3.
Mencari
teman/sarana bersosialisasi
Manusia adalah makhluk sosial yang perlu untuk
bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan relasi
mereka. Sebagai media dan tempat mereka untuk bersosialisasi.
4.
Mencari
kebanggaan/kehormatan diri
Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja adalah
kebanggaan dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya dengan
bekerja lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang lain.
·
Fungsi
Psikologis dari Pekerjaan
Fungsi psikologinya yaitu :
Meskipun apa kata orang tentang memiliki pekeraan untuk hidup. Itu mungkin
jelas sekarang bahwa setiap orang bekerja keras untuk uangnya sendiri. Survei
membuktikan kebanyakan orang akan melanjutkan pekerjaanya bahkan jika mereka
memiliki cukup uang untuk hidup nyaman seumur hidupnya
(Renwick&Lawler,1978). Kenyataanya adalah bekerja itu meenuhi kebutuhan
psikologis dan social yang penting. Rasa pemenuhan pribadi, orang membutuhkan
perasaan kalau mereka tumbuh, mempelajarai keahlian baru, dan mencapai sesuatu yang
berharga ketika perasaan ini kurang, mereka mungkin pindah ke pekerjaan yang
menjanjikan pencapaian yang lebih atau hasil yang jelas. Contohnya, seorang
individu yang pekerjaanya terarah mungkin meninggalkan meja untuk bekerja
menjual barang atau konstruksi. Bahkan orang yang sudah mendapatkan banyak uang
tidak akan mau mengurangi waktu dan energy yang di habiskan oleh pekerjaan
mereka.kemampuan karena kebutuhan akan penghargaan dan penguasaan (Morgan,1972
B. Proses dalam memilih pekerjaan :
·
Menjelaskan
fase-fase identitas pekerjaan
Fase remaja sangat penting untuk
dilalui oleh anak-anak karena akan memengaruhi masa depan mereka. Terutama
dalam hal bagaimana anak-anak mendeskripsikan siapa diri mereka serta bagaimana
mereka bersikap terhadap lingkungan mereka di masa depan. Jika anak-anak gagal
menjalani fase remaja dengan baik, maka tugas-tugas perkembangan mereka di fase
usia selanjutnya akan rentan terganggu.
Apalagi tugas perkembangan yang
utama dilakukan dalam fase remaja adalah untuk mencari identitas diri.
Identitas diri mencakup bagaimana seorang anak melihat diri mereka, bagaimana
mereka menilai kelebihan dan kekurangannya, bagaimana mereka menentukan
bayangan sosok ideal yang mereka ingin perankan, serta bagaimana mereka
menentukan bayangan masa depan yang mereka inginkan. Ketika anak-anak pada usia
ini gagal mengetahui siapa identitas mereka, maka mereka akan mengalami
kebingungan yang akan rentan berdampak pada tugas-tugas perkembangan mereka
selanjutnya.
Proses mencari identitas diri juga
bukanlah suatu hal yang mudah. “Anak-anak harus mengeksplorasi diri mereka di
dalam lingkungan serta menghadapi tantangan lingkungan, sementara di waktu yang
bersamaan mereka juga mengalami perubahan-perubahan di aspek fisik, kognitif,
dan psikologis, yang membuat mereka harus beradaptasi,” lanjut Pustika. Proses
yang tidak mudah inilah yang membuat anak-anak kerap terkesan “labil”.
C. Memilih pekerjaan
yang cocok :
· Menjelaskan
hubungan antara karakteristik pribadi & karakteristik pekejaan dalam
memilih pekerjaan yang cocok
Pada teori yang dikembangkan oleh
John L. Holland menjelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan
merupakan hasil dari interaksi antara factor hereditas (keturunan) dengan
segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap
memiliki peranan yang penting. Selain itu John L. Holland juga merumuskan 6 tipe kepribadian manusia dalam pemilihan pekerjaan
berdasarkan atas inventori kepribadian yang disusun atas dasar minat.
Kemudian, setiap tipe kepribadian
itu dijabarkan ke dalam suatu model teori yang disebut model orientasi (the
model orientation). Model orientasi ini merupakan suatu rumpun perilaku
perilaku penyesuaian yang khas. Setiap orang memiliki tipe kepribadian yang
berbeda-beda, dan hal inilah yang menyebabkan mengapa setiap orang itu
mempunyai corak hidup yang berbeda-beda.
Urutan orientasi yang pertama
terhadap suasana lingkungan pekerjaan tertentu merupakan corak hidup yang utama
dan pertama, urutan model orientasi kedua terhadap lingkungan kerja yang
lainnya dan merupakan corak hidup yang kedua bagi seseorang untuk selanjutnya.
Penempatan urutan corak hidup itu sangat bergantung dari tingkat kecerdasan
serta penilainnya terhadap diri sendiri. Makin jelas penempatan urutan corak
hidupnya maka akan semakin menghasilkan pola pilihan yang tepat bagi seseorang.
Namun perlu digarisbawahi, jika model orientasi John L. Holland ini mengajukan
model orientasi berdasarkan budaya Amerika.
Adapun tipe kepribadian manusia yang dijabarkan oleh John
L. Holland adalah sebagai berikut:
1. Tipe realistik
Tipe model ini memiliki
kecenderungan untuk memilih lapangan kerja yang berorientasi kepada penerapan.
Ciri-ciri tipe realistik yaitu: mengutamakan kejantanan, kekuatan otot,
ketrampilan fisik, mempunyai kecakapan, dan koordinasi motorik yang kuat,
kurang memiliki kecakapan verbal, konkrit, bekerja praktis, kurang memiliki
ketrampilan social, serta kurang peka dalam hubungan dengan orang lain.
Orang yang mempunyai tipe
kepribadian realistis dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan
tugas-tugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan tantangan bagi
penghuni lingkungan ini. Untuk dapat memecahkan masalah yang lebih efektif,
orang-orang yang mempunyai tipe kepribadian realistis seringkali memerlukan
bentuk-bentuk kecakapan, gerakan, dan ketahanan tertentu. Diantaranya kecakapan
mekanik, ketahanan dan gerakan fisikuntuk berpindah-pindah dan seringkali
berada diluar gedung. Sifat-sifat yang nampak dengan jelas dari
tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan.
Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian
realistis adalah, operator mesin/radio, sopir truk, petani, penerbang, pengawas
bangunan, ahli listrik, dan pekerjaan lain yang sejenis.
2. Tipe
intelektual/investigative
Orang yang mempunyai tipe
kepribadian ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat
akademik. Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada
mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah, berorientasi pada tugas, tidak
sosial. Membutuhkan pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur,
memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya
bersifat intraseptif.
Orang yang mempunyai tipe
kepribadian intelektual dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan
tugas yang memerlukan berbagai kemampuan abstark, dan kreatif. Bukan tergantung
kepada pengamatan pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan
efisien diperlukan intelejensi, imajinasi, serta kepekaan terhadap berbagai
masalah yang bersifat intelektual dan fisik. Kriteria keberhasilan dalam
melaksanakan tugas bersifat objektif dan bisa diukur, tetapi memerlukan waktu
yang cukup lama dan secara bertahap. Bahan dan alat serta perlengkapan
memerlukan kecakapan intelektual daripada kecakapan manual. Kecakapan menulis
mutlak dipelihara dalam oreientasi ini.
Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian
ini adalah, ahli fiika, ahli biologi, kimia, antropologi, matematika, pekerjaan
penelitian, dan pekerjaan lain yang sejenis.
3. Tipe sosial
Orang yang mempunyai tipe
kepribadian ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan pekerjaan yang
bersifat membantu orang lain. Ciri-cirinya adalah pandai bergaul dan berbicara,
bersifat responsive, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat religiusm
membutuhkan perhatian, memiliki kecakapan verbal, hubungan antarpribadi,
kegiatan-kegiatan rapid an teratur, menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara
intelektual, lebih berorientasi pada perasaan.
Orang yang mempunyai tipe kepribadian sosial
memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk menginterpretasi dan mengubah
perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Secara
umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan status.
Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian
ini adalah, guru, pekerja sosial, konselor, misionari, psikolog klinik,
terapis, dan pekerjaan lain yang sejenis.
4. Tipe konvensional
Orang yang mempunyai tipe
kepribadian ini pada umumnya memiliki kecenderungan untuk terhadap kegiatan
verbal, ia menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerical (angka) yang
teratur, menghindari situasi yang kabur, senang mengabdi, mengidentifikasikan
diri dengan kekuasaaan, memberi nilai yang tinggi terhadap status dan kenyataan
materi, mencapai tujuan dengan mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada
atasan.
Orang yang mempunyai tipe
kepribadian konvensional pada lingkungan nyatanya ditandai dengan berbagai
macam tugas dan pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi verbal dan dan
matematis secara kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis. Berhasilnya dalam
pemecahan masalah akan nampak dengan jelas dan memerlukan waktu yang relative
singkat.
Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian
ini adalah, kasir, statistika, pemegang buku, pegawai arsip, pegawai bank, dan
pekerjaan lain yang sejenis.
5. Tipe usaha/enterprising
Orang yang mempunyai tipe
kepribadian ini memiliki ciri khas diantaranya menggunakan
ketrampilan-ketrampilan berbcara dalam situasi dimana ada kesempatan untuk
menguasai orang lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap dirinya paling
kuat, jantan, mudah untuk mengadakan adaptasi dengan orang lain, menyenangi
tugas-tugas sosial yang kabur, perhatian yang besar pada kekuasaan, status dan
kepemimpinan, agresif dalam kegiatan lisan.
Orang yang mempunyai tipe
kepribadian usaha/enterprising ditandai dengan berbagai macam tugas yang
menitikberatkan kepada kemampuan verbal yang digunakan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi orang lain.
Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian
ini adalah, pedagang, politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan,
perwakilan dagang, dan pekerjaan lain yang sejenis.
6. Tipe artistik
Orang yang mempunyai tipe
kepribadian ini memiliki kecenderungan berhubungan dengan orang lain secara
tidak langsung, bersifat sosial dan sukar menyesuaikan diri.
Orang yang mempunyai tipe
kepribadian artistik ini ditandai dengan berbagai macam tugas dan masalah
yang memerlukan interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk artistik melalui cita
rasa, perasaan dan imajinai. Dengan kata lain, orang yang mempunyai tipe
kepribadian artistik lebih menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan
dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang bersifat
intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut ketrampilan fisik.
Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah, ahli musik, ahli kartum ahli
drama, pencipta lagu, penyair, dan pekerjaan lain yang sejenis.
D. Peyesuaian
diri dalam pekerjaan
·
Menjelaskan
tentang kepuasan kerja
Howell dan Diboye memandang kepuasan
kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya
tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. Dengan kata lain
kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya.
Teori-teori Kepuasan Kerja
1.
Teori Pertentangan (Discrepancy
Theory)
Teori pertentangan dari Locke
menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari
pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai:
-
Pertentangan yang dipersepsikan
antara apa yang diinginkan seseorang individu dengan apa yang ia terima.
-
Pentinya apa yang kita inginkan bagi
individu.
Menurut Locke seseorang individu
akan merasa puas atau tidak puas merupakan sesuatu yang pribadi, tergantung
bagaimana ia mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan antara
keinginan-keinginan dan hasil-keluarannya.
2.
Model dari Kepuasan Bidang
Model lawler dari kepuasan bidang
berkaitan erat dengan teori keadilan Adams. Menurut Lawler orang akan merasa
puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka (misalnya dekan rekan,
atasan, gajian) jika jumlah dari bidang mereka persepsikan harus mereka terima
untuk melaksanakan kerja mereka sama dengan jumlah yang mereka persepsikan dari
yang secara actual mereka terima.
3.
Teori Proses-Bertentangan (Opponent-Process
Theory)
Teori proses-bertentangan dari Landy
memandang kepuasan kerja dari perspektif yang berbeda secara mendasar daripada
pendekatan yang lain. Teori ini mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang
ekstrim tidak memberikan kemaslahatan. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja
(dengan emosi yang berhubungan) memacu mekanisme fisiologikal dalam sistem
pusat saraf yang membuat aktif emosi yang bertentangan atau berlawanan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
lima aspek
yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu :
1.
Pekerjaan itu sendiri (Work It
self),Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan
bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan
seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan
meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2.
Atasan(Supervision), atasan yang
baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa
dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3.
Teman sekerja (Workers), Merupakan
faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan
dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4.
Promosi(Promotion),Merupakan faktor
yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan
karier selama bekerja.
5.
Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor
pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
E. Waktu
Luang
·
Menjelaskan
bagaimana menggunakan waktu luang yang baik
Sesibuk dan sepadat apapun aktivitas
kita, kita hanya diberi Tuhan 24 Jam sehari, tidak pernah lebih atau kurang.
Oleh karena itu, kitalah yang harus mengelola waktu yang kita miliki. Menurut
kamus Besar Bahasa Indonesia, waktu senggang adalah waktu yang tidak sibuk. Waktu
luang identik dengan bermalas-malasan, dan tidak melakukan apa-apa. Dari segi
cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan kegiatan
pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati. Jangan
sampai kita mengisi waktu luang kita dengan hal-hal yang tidak berguna dan
tidak menambah wawasan pengetahuan kita, contonya berolahraga, membersihkan
meja belajar/meja kerja, membaca Koran, browsing hal-hal yang berguna, belajar
bahasa asing, membersihkan halaman rumah, dsb.
Mengisi waktu luang ini tentu saja
memiliki manfaat. Bagi Anda sendiri, manfaat mengisi waktu luang yaitu:
a. Bisa
meningkatkan kesejahteraan jasmani,
b.Meningkatkan
kesegaran mental dan emosional
c. Membuat kita
mengenali kemampuan diri sendiri
d.
Mendukung konsep diri serta harga
diri
e. Sarana
belajar dan pengembangan kemampuan
f. Pelampiasan
ekspresi dan keseimbangan jasmani, mental, intelektual, spiritual, maupun
estetika
g.Melakukan
penghayatan terhadap apa yang Anda sukai tanpa tidak mempedulikan segi materi .
Selain itu pengisian waktu luang
juga berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan sosial, seperti :
a.
Meningkatkan daya kerja sehingga
memacu prestasi dan produktivitas
- Menambah konsumsi, sehingga meningkatkan lapangan kerja
- Mengurangi kriminalitas dan kenakalan
- Meningkatkan kehidupan bermasyarakat
2. Self
Directed Changes
·
Konsep &
penerapan self directed changes
Mahasiswa
mengetahui dan termotivasi untuk melakukan perubahan pribadi dengan melalui
tahapan:
1.
Meningkatkan kontrol diri: mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap
manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi
yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam
struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri
atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang
efektif.
2.
Menetapkan tujuan: dimaksudkan untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada
proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri
menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental,
serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan
mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
3.
Pencatatan perilaku: menguatkan perilaku ulang kalau individu merasa bisa
mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan
lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku sebelumnya karena merasa
senang dengan apa yang pernah dilakukan.
4.
Menyaring anteseden perilaku: bisa membagi perilaku sasaran ke dalam perubahan,
serta membantu individu agar lebih siap dalam mempelajari perilaku tersebut.
Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar dapat dengan tepat
memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
5.
Menyusun konsekuensi yang efektif: pemahaman dalam arti sehat mental dapat
menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk melakukan
segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam
menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan
kognitif dalam mencapai kematangan mental.
6.
Menerapkan perencana intervensi: membawa perubahan, tentunya pada perubahan
yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak, dan cara
cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara
berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara
terencana.
7.
Evaluasi: faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan
salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik
terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Sumber
:
1.
http://mediaonlinenews.com/pengembangan-diri/6-tipe-kepribadian-manusia-menurut-john-l-holland
2. Munandar,Ashar Sunyoto. (2008). Psikologi
Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas UI
3. (2000), Pendidikan Luar Sekolah, Sejarah, Azas, Bandung Falah
Production Dart, Barry. 1997. Adult Learners’ Metacognitive Behavior in Higher
Education. dalam Adult Learning: a Reader. Edited by Sutherland, Peter. London:
Kogan Page Anonimus, Adult literacies online,
http://www.aloscotland.com/alo/141.html , akses pada 14 Mei 2010 Inkeles, A.,
dkk (1982) Handbook in Research and Evaluation: For Education and Behavioral
Science. San Diego California. Edits.
Nama : Nurul Reikhana Selvya
NPM : 15512546
Kelas : 2PA12
Subscribe to:
Posts (Atom)
About Me
- Unknown
Powered by Blogger.
Hello
Blog List
Pages
My name Nurul Reikhana Selvya (selvy). I'm school at Gunadarma Universty. I will be a Psychologist :D. And Thank You who have visited my blog.