Friday, May 23, 2014
KESEHATAN MENTAL TUGAS 3
1:15 AM | Posted by
Unknown |
Edit Post
1.Hubungan
Interpersonal
Hubungan Interpersonal adalah dimana
ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi
juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi
kita tidak hanya menentukan content melainkan juga
menentukan relationship. Ketika akan menjalin hubungan
interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan “
Ketertarikan interpersonal (Interpersonal Attraction) ”. Menurut Baron dan
Byrne (2006), Interpersonal Attraction adlah penilaian seseorang terhadap sikap
orang lain, dimana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi,
dari strong liking sampai dengan strong dislike.
A.Model-model hubungan
Interpersonal
4
Model hubungan interpersonal yaitu
meliputi :
1. Model pertukaran sosial (social exchange model)
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang
berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya
dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya
(akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2. Model peranan (role model)
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini
setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan
akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role
expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role
skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada
kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan
peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu
ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
3. Model permainan (games people play model)
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini
menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam
permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
•
Kepribadian
orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima
dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
•
Kepribadian
orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional)
•
Kepribadian
anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang
mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4.
Model Interaksional
(interacsional model)
Model ini
memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki
sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan
model pertukaran, peranan dan permainan.
B.Memulai
Hubungan
Adapun
tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
1.
Pembentukan.
Tahap ini
sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan
hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang
permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi
dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya
identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan,
mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang
dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan
keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles
R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh
kategori, yaitu:
- informasi demografis.
- sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
- rencana yang akan datang.
- kepribadian.
- perilaku pada masa lalu.
- orang lain serta.
- hobi dan minat.
2.
Peneguhan
Hubungan.
Hubungan interpersonal tidaklah
bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh
hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu:
a.
Keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih
sayang antara komunikan dan komunikator).
b.
Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak
yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam
komunikasi tersebut).
c.
Respon yang tepat (feedback atau umpan balik
yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga
komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d.
Nada emosional yang
tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).
C.Hubungan Peran
Model Peran
Model Peran
Terdapat empat asumsi yang mendasari
pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social,
yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi
tersebut sebagai berikut:
Secara implicit bermain peran
mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan
isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa
sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai
situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran,
para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons
orang lain.
Kedua, bermain peran memungkinkan
para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal
tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban
emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang
lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan
penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama.
Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah
pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari
pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional
pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional
lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran
peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi bahwa
emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan
melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu,
tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang
diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman
orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para
peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan
masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya
secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran
guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model
bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah
sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah
yang sedang dihadapi.
Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan
yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain
(masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan
(disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya
kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering
menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana
pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan
pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Substantive conflicts merupakan
perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam
suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian
jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah,
tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan
antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan
individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan
pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi,
penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang
menjadi kambing hitam.
Adequancy
peran & autentisitas dalam hubungan peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan
pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal
maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan
harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam
suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau
harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
D.Intimasi
dan Hubungan Pribadi
Intimasi dapat dilakukan terhadap
teman atau kekasih. Intimasi (elemen emosional : keakraban, keinginan untuk
mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimasi mengandung pengertian
sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan
emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu
bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan
yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang
merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing individu
merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala
hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran
pasangan hidup sisinya.
Pendapat beberapa ahli mengenai
intimasi, di antara lain yaitu :
- Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
- Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
- Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
- Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
- Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
E.Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran,
untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak
akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa
kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri
sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita.
Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan
demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah
menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh
pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi
kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada
didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka
terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
- kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
- kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
- kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
- kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
- kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .
2.Cinta dan
Perkawinan
Cinta dan Perkawinan
Menurut Plato
Cinta itu semakin
dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika
dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan
keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada
sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa
tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.
Perkawinan adalah
kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu
mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan
untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah
waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu
hampa adanya.
A.Memilih Pasangan
Menikah mengandung tanggung jawab
yang besar. Oleh karena itu, memilih pasangan hidup juga merupakan hal yang
harus benar-benar diperhatikan. Rasulullah SAW telah memberikan teladan dan
petunjuk tentang cara memilih pasangan hidup yang tepat dan islami. Insya Allah
tips-tips berikut ini akan dapat bermanfaat.
a. Beberapa kriteria memilih calon istri
- Beragama islam (muslimah). Ini adalah syarat yang utama dan pertama.
- Memiliki akhlak yang baik. Wanita yang berakhlak baik insya Allah akan mampu menjadi ibu dan istri yang baik.
- Memiliki dasar pendidikan Islam yang baik. Wanita yang memiliki dasar pendidikan Islam yang baik akan selalu berusaha untuk menjadi wanita sholihah yang akan selalu dijaga oleh Allah SWT. Wanita sholihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
- Memiliki sifat penyayang. Wanita yang penuh rasa cinta akan memiliki banyak sifat kebaikan.
- Sehat secara fisik. Wanita yang sehat akan mampu memikul beban rumah tangga dan menjalankan kewajiban sebagai istri dan ibu yang baik.
- Dianjurkan memiliki kemampuan melahirkan anak. Anak adalah generasi penerus yang penting bagi masa depan umat. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW menganjurkan agar memilih wanita yang mampu melahirkan banyak anak.
- Sebaiknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah menikah. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara keluarga yang baru terbentuk dari permasalahan lain.
b. Beberapa kriteria memilih calon suami
- Beragama Islam (muslim). Suami adalah pembimbing istri dan keluarga untuk dapat selamat di dunia dan akhirat, sehingga syarat ini mutlak diharuskan.
- Memiliki akhlak yang baik. Laki-laki yang berakhlak baik akan mampu membimbing keluarganya ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
- Sholih dan taat beribadah. Seorang suami adalah teladan dalam keluarga, sehingga tindak tanduknya akan ‘menular’ pada istri dan anak-anaknya.
- Memiliki ilmu agama Islam yang baik. Seorang suami yang memiliki ilmu Islam yang baik akan menyadari tanggung jawabnya pada keluarga, mengetahui cara memperlakukan istri, mendidik anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga secara halal dan baik.
B.Hubungan
dalam Perkawinan
Pada umumnya salah satu tanda
kegagalan suami-istri dalam mencapai kebahagiaan perkawinan adalah perceraian.
Perceraian adalah akumulasi dari kekecewaan yang berkepanjangan yang disimpan
dalam alam bawah sadar individu. Adanya batas toleransi pada akhirnya
menjadikan kekecewaan tersebut muncul kepermukaan, sehingga keinginan untuk
bercerai begitu mudah.
Masalah diseputar perkawinan atau kehidupan
berkeluarga antara lain:
- Kesulitan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.
- Perbedaan watak.
- Temperamen dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara suami dan istri.
- Ketidakpuasan dalam hubungan seks.
- Kejenuhan rutinitas.
- Hubungan antara keluarga besar yang kurang baik.
- Adanya istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain).
- Masalah harta warisan.
- Menurunnya perhatian kedua belah pihak.
- Domonasi dan intervensi orang tua atau mertua.
- Kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Dari salah satu
masalah diatas yaitu kesalahpahaman yang menyebabkan pasangan menjadi
tersinggung, sehingga terkadang memicu adanya perceraian, merupakan masalah
yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Karena kesalahpahaman itulah
yang terkadang pasangan enggan untuk membuka komunikasi dengan pasangannya yang
kemudian menimbulkan misskomunikasi. Tanpa mereka sadari dengan keadaan seperti
itu malah akan membuat mereka sulit dalam menghadapi problem apapun. Komunikasi
yang intern dan baik akan melahirkan saling keterbukaan dan suasana keluarga
yang nyaman.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik.
Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan
selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik.
Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan
selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Namun
kenyataannya masalah yang didiamkan bukan membaik, malah memburuk seiring
berjalannya waktu yang lama. Kejengkelan makin menumpuk dan penyelesaian makin
jauh di mata, kareana masalah menjadi seperti benang kusut dan tidak tahu lagi
harus memulainya dari mana. Tabungan cinta cenderung menyusut seiring dengan
berkecamuknya masalah dengan berkurangnya cinta dan kasih sayang, berkurang
pulalah semangat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya ketidakpedulian
menggantikan cinta dan makin menyesuaikan diri dalam kehidupan yang tidak sehat
ini. Dengan kata lain antara suami dan istri sudah menemukan cara yang efektif
untuk menyelesaikannya tapi tidak dilakukan sehingga dapat menimbulkan
perceraian.
C.Penyesuaian
& Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan
tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah
perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan
kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit
mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan
penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri
dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah,
berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran
adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya,
tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan
terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D.Perceraian
dan Pernikahan kembali
Dimana ada pernikahan
pasti ada perpisahan melalui perceraian, walaupun sebenarnya Tuhan sangat tidak
menyukai jalan tersebut, namun jika itu merupakan suratan takdir, maka tidak
ada yang bisa mengelak dari suratan takdir tersebut. Perceraian dengan cara
baik – baik tentunya akan melegakan semua pihak yang berkaitan. Perceraian
bukanlah akhir dari segalanya, sesungguhnya hany orang – orang yang kuat dan
bermental bajalah yang dapat kembali melanjutkan hidupnya untuk melihat dan
menata kehidupan yang ada didepannya. Tak jarang diantara mereka ada yang
melakukan pernikahan kembali ada yang dengan orang yang sama seperti Aa Gym dan
Teh Ninih, ada banyak pula yang menikah kembali dengan orang yang berbeda,
salah satunya yaitu Christy Jusung dengan Pengusaha yang bernama Jay Alatas.
Itu semua tak lepas dari campur tangan Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa
menjalankan apa yang menjadi suratan takdir. Tentunya dengan harapan di
pernikahan yang untuk kesekian kalinya itu menjadi pernikahan terakhir dalam
hidup kita. Dan menjadi memori terindah dalam hidup kita.
E.Alternatif
Selain Pernikahan
Alternatif selain pernikahan yaitu Single Life
Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan
pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok,
biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan
lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk
menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti
karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk
menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah
pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap
hidup melajang.
Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman,
juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang,
mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria
maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup
menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single
adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama
menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak
pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu
kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan
cemburu.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada
prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan
hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan,
sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang
lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu
yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan
tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki
kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika
sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga
memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada
kepuasaan tersendiri.
Pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan
jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah
mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi
kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga
mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka
dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak
yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau
jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup
sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan
terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa
lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di
hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu
ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan.
Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka
serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
SUMBER :
- http://pemulihanjiwa.com/teori-teori-hubungan-interpersonal-2.html
- http://psikologi.or.id/psikologi-umum-pengantar/hubungan-interpersonal.html
- Wirawan, Sarlito S. 2002. Individu dan teori-teori psikologi social. Jakarta: Balai Pustaka
- Dayakisni, Tri. 2006. Psikologi social. Edisi revisi. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang
- Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper saddle river :person prentice hall
- Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori - teori psikodinamika, yogyakarta:kanisius
- Jalaluddin Rakhmat (1998): Psikologi Komunikasi, Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
- http://dudung.net/artikel-bebas/cinta-dan-perkawinan-menurut-plato.html
- Makalah ini dikembangkan dari 3 tulisan penulis: (1) Perkawinan Buletin Dakwah, No. 11 Thn. XXII, 18 Maret 2005], (2) Perdamain di Kalangan Ummat Buletin Dakwah, No. 12 Thn. XXXII, 25 Maret 2005, dan (3) Perceraian Buletin Dakwah, No. 31 Thn. XXXII, 5 Agustus 2005.
- Miftachr, 2010. Pengertian Munakahat Pernikahan, Artikel, (Tersedia online di http://miftachr.blog.uns.ac.id/2010/04/pengertian-munakahat-pernikahan/ diakses pada tanggal 6 Mei 2011).
NAMA :
NURUL REIKHANA SELVYA
KELAS :
2PA12
NPM : 15512546
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
- Unknown
Powered by Blogger.
Hello
Blog List
Pages
My name Nurul Reikhana Selvya (selvy). I'm school at Gunadarma Universty. I will be a Psychologist :D. And Thank You who have visited my blog.
0 comments:
Post a Comment