Monday, November 10, 2014
Psikologi Manajemen Tugas 3
6:22 AM | Posted by
Unknown |
Edit Post
Empowerment, Stress dan Konflik
A.
Definisi Empowerment
Empowerment, merupakan istilah yang cukup populer dalam bidang manajemen khususnya
manajemen Sumber Daya Manusia. Banyak penafsiran tentang empowerment.
Dan salah satu penafsiran yang dikenal oleh sebagian besar dari kita adalah empowerment
sebagai pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan. Empowerment , yaitu upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah
dimiliki oleh masyarakat..Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian
tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek,
tetapi sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri.
Richard Carver, Managing
Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai
mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara
pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan
sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment
memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan
untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri
dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
Selain pengertian yang telah disampaikan oleh Richard Carver, ada beberapa pengertian atau pemahaman lain tentang empowerment. Namun semua definisi yang ada secara prinsip memiliki kesamaan yaitu bahwa empowerment mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
Selain pengertian yang telah disampaikan oleh Richard Carver, ada beberapa pengertian atau pemahaman lain tentang empowerment. Namun semua definisi yang ada secara prinsip memiliki kesamaan yaitu bahwa empowerment mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
- Adanya pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab untuk membuat keputusan yang didukung oleh sumber daya yang memadai.
- Adanya kontrol atas pelimpahan kewenangan dari manajemen.
- Adanya penciptaan lingkungan agar pegawai dapat memanfaatkan kemampuan atau kompetensinya secara maksimum untuk mencapai sasaran organisasi.
-
Tujuan empowerment
Merupakan suatu kondisi yang dialami
oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah
yang dihadapi dengan mempergunakan daya.
Tujuan dari pemberdayaan atau empowerment adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi
mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah
kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif,
dengan mengerahkan sumberdaya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat
tersebut.
B. Kunci Efektif Empowerment
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul
karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan
yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi
masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul
karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai
demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang
memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat
kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya
dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya Friedmann dalam Prijono
dan Pranaka (1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat
menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu
informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan
sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga
tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula
tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar
kekayaan produktif mereka.
C. Definisi Stress
Stres adalah
suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu
dihadapkan pada peluang,
tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang
dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan
penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu
sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stress adalah bentuk ketegangan dari
fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga
dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang
dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut
terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan
dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari
dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja
mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson
(1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan
segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress
berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa
tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa
stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya
ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997),
stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
D. Sumber-sumber Stress pada Manusia
1. Sumber-sumber stress didalam diri seseorang :
Kadang-kadang sumber stress itu ada didalam diri seseorang. Salah satunya
melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada rasa sakit dan
umur inividu(sarafino,1990). Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui
penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami
konflik. Konflik merupakan sumber stress yang utama.
2. Sumber-sumber stress di dalam keluarga : Stress di
sini juga dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga,
seperti : perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh,
tujuan-tujuan yang saling berbeda dll. Misalnya : perbedaan keinginan tentang
acara televisi yang akan ditonton, perselisihan antara orang tua dan anak-anak
yang menyetel tape-nya keras-keras, tinggal di suatu lingkungan yang terlalu
sesak, kehadiran adik baru. Khusus pada penambahan adik baru ini, dapat
menimbulkan perasaan stress terutama pada diri ibu yang selama hamil (selain
perasaan senang, tentu), dan setelah kelahiran. Rasa stress pada ayah
sehubungan dengan adanya anggota baru dalam keluarga, sebagai kekhawatiran akan
berubahnya interaksi dengan ibu sebagai istrinya atau kekhawatiran akan
tambahan biaya. Pra orang tua yang kehilangan anak-anaknya atau pasanganya
karena kematian akan merasa kehilangan arti (sarafino,1990).
3. Sumber-sumber stress didalam komunitas dan lingkungan
: interaksi subjek diluar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stress.
Contohnya : pengalaman stress anak-anak disekolah dan di beberapa kejadian
kompetitif, seperti olahraga. Sedangkan beberapa pengalaman stress oang tua
bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stressful sifatnya. Khususnya
‘occupational stress’ telah diteliti secra luas.
4.
Stress yang berasal dari lingkungan : lingkungan yang
dimaksud disni adalah lingkungan fisik, seperti : kebisingan, suhu yang terlalu
panas, kesesakan, dan angin badai (tornado,tsunami). Stressor lingkungan
mencakup juga stressor secara makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi
modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan
faktor sekolah (Graham,1989).
E. Pendekatan Stress
Stres memberikan informasi kepada
manajemen perusahaan untuk melaksanakan
pendekatan individu terhadap organisasional dalam mengatasi stres. Ada dua pendekatan
dalam mengatasi stres, yaitu:
1.
Pendekatan
Individu
Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi
tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
a)
Teknik manajemen waktu
b)
Meningkatkan latihan fisik
c)
Pelatihan pengenduran (relaksasi)
d)
Perluasan jaringan dukungan sosial
2.
Pendekatan Organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran,
struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang digunakan:
a)
Perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja
b)
Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
c)
Perancangan ulang pekerjaan
d)
Peningkatan keterlibatan kerja
e)
Perbaikan komunikasi organisasi
f)
Penegakkan program kesejahteraan korporasi (Robbins,
2002: 311-312)
F. Definisi Konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana
keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang
lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan
kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan
orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan
menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja.
Menurut Stoner Konflik organisasi adalah
mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan
soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
G.
Jenis –
jenis konflik
Ada lima
jenis konflik dalam organisasi, yaitu:
1.
Konflik didalam individu
Konflik ini timbul apabila individu
merasa bimbang terhadap pekerjaan mana yang harus dilakukannya, bila berbagai
permintaan pekerjaan saling bertentangan atau bila individu diharapkan untuk
melakukan lebih dari kemampuannya.
2.
Konflik antar individu dalam
organisasi yang sama
Konflik ini timbul akibat tekanan
yang berhubungan dengan kedudukan atau perbedaan kepribadian.
3.
Konflik antar individu dan kelompok
Konflik ini timbul berhubungan
dengan cara individu menanggapai tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh
kelompok kerja mereka.
4.
Konflik antar kelompok dalam
organisasi yang sama
Konflik ini timbul karena adanya
pertentangan kepentingan antar kelompok.
5.
Konflik ini timbul akibat adanya
bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu Negara. Konflik
semacam ini diakui sebagai sarana untuk mengembangkan produk baru, teknologi,
jasa, harga yang lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara lebih
efisien.
H. Proses konflik
1. Penyebab
konflik
- Beda tujuan
- Kompetisi antar sumber yang tidak terbatas
- Tugas saling tergantung
- Sistem imbalan yang tidak layak
- Perilaku yang tidak manusiawi
- Perbedaan suku, agama, ideologi, dsb Fase Laten
- Penyebab konflik telah ada
- Belum terjadi kejadian pemicu
- Konflik belum jelas karena belum diekspresikan
2.
Fase Pemicu
- Terjadi sesuatu yang memicu konflik
- Sadar terjadinya konflik
- Diferensiasi
- Konflik terbuka
- Dialog tidak berhasil
3.
Fase eskalasi
- Interaksi konflik memanas
- Mulai menggunakan kekuasaan
- Memperbesar kekuasaan, mencari teman, terjadi spiral konflik
4.
Fase Krisis
- Peraturan tidak dihormati
- Semua kekuasaan digunakan untuk mengalahkan lawan
- Terjadi agresi
- Menyelamatkan muka
5.
Fase Resolusi Konflik
- Kehabisan energi, berhenti, dan tidak memulainya lagi
- Menyelamatkan muka
- Terjadi solusi
6.
Fase pascakonflik
- Hubungan pihak yang berkonflik bisa kembali harmonis atau tidak harmonis
Sumber:
Christian,M.2005.Jinakkan stress.Bandung:Nexx
Media.
Smet,Bart.1994.Psikologi
kesehatan.Jakarta:Gramedia.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Anonim. 1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mukhyi, M. Abdul. Saputra, Imam Hadi. 1995. Pengantar Manajemen Umum (Untuk STIE). Jakarta: Gunadarma.
http://www.binapotensiaindonesia.com/2013/11/21/empowerment/
www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/…/bab7-stres_lingkungan.pdf
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Anonim. 1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mukhyi, M. Abdul. Saputra, Imam Hadi. 1995. Pengantar Manajemen Umum (Untuk STIE). Jakarta: Gunadarma.
http://www.binapotensiaindonesia.com/2013/11/21/empowerment/
www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/…/bab7-stres_lingkungan.pdf
Nama :
Nurul Reikhana Selvya
Kelas : 3PA12
NPM : 15512546
Kelas : 3PA12
NPM : 15512546
Subscribe to:
Posts (Atom)
About Me
- Unknown
Powered by Blogger.
Hello
Blog List
Pages
My name Nurul Reikhana Selvya (selvy). I'm school at Gunadarma Universty. I will be a Psychologist :D. And Thank You who have visited my blog.